Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna di muka bumi
ini, manusia dapat berinteraksi dengan baik dengan sesamanya, mahluk hidup
lain, maupun lingkungan, sehingga manusia mampu mernciptakan suatu kebudayaan.
Selain itu, manusia dapat membedakan atau menciptakan suatu keindahan dengan
sesuatu yang berwujud maupun tidak. Manusia yang merupakan mahluk yang memiliki
kecerdasan tinggi tentunya memiliki perbedaan selera masing - masing,
Contohnya, terdapat sebuah benda yang menurut seseorang benda tersebut sangat
indah, namun disisi lain terdapat seseorang yang menganggap benda tersebut
tidaklah indah. Hal tersebut karena keindahan memilik sifat universal yang
artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, daerah, dan selera mode.
Pada postingan kali ini saya akan membahas tentang bagaimana
kaitannya manusia di kehidupan sehari - hari dengan keindahan, kerenungan,
keserasian.
Keindahan
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti
kata keindahan yaitu berasal dari kata indah,artinya bagus, permai, cantik,
elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan
identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran.
Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada
prinsipnya tidak indah.Keindahan bersifat universal, artinya keindahan yang tak
terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu, bersifat
menyeluruh.
Segala sesuatu yang mempunyai sifat indah antara lain segala
hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain
sebagainya. Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar
katanya adalah “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan
Spanyol ”beloo”.
Dalam arti luas meliputi keindahan hasil seni, alam, moral
dan intelektual. Dan dalam arti estetik keindahan mencakup pengalaman estetik
seseorang dalam hubunganya dengan hubunganya dengan segala sesuatu yang
diserapnya. Sedangkan dalam arti terbatas keindahan sangat berkaitan dengan
keindahan bentuk dan warna. Sesungguhnya keindahan itu memang merupakan suatu
persoalan filsafati yang jawabannya beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari
ciri-ciri umum yang ada pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian
menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi
keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat
pada suatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity),
keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan
perlawanan (contrast).
Perbedaan Antara Keindahan Sebagai Kualitas Abstrak dan
Sebuah Benda Tertentu Yang Indah
Keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (Beauty as an abstract quality) menggambarkan sesuatu yang kontemporer dan bersifat nonrealistic di mana sang pencipta karya menggambarkan sesuatu yang tidak bisa dimengerti secara umum dan tidak sesuai dengan realita. Keindahan sebagai kualitas abstrak menggambarkan suatu bentuk dalam yang keindahan di mana keindahan tersebut bersifat eksklusif dan hanya dapat dimengerti oleh orang yang menciptakan keindahan tersebut berdasarkan apa yang dipahaminya.
Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
adalah keindahan yang memiliki konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan
kualitas abstrak di mana benda yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang
mewakili keindahan secara umum dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami
oleh masyarakat.
Contoh keindahan dalam bentuk benda:
- Secara alami : Manusia menaruh rasa kagum atas keindahan alam yang merupakan ciptaan dari Yang Maha Kuasa.
- Buatan tangan : Karya seni yang memiliki nilai estetika yang dapat dinilai oleh manusia.
Menurut cakupan orang harus membedakan antara keindahan
sebagai suatu kwalita yang abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang
indah. Dalam pembatasan filsafah kedua pengertian itu kadang-kadang
dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya
pengertian, yakni :
- Keindahan dalam arti yang luas
- Keindahan dalam arti estetis murni
- Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Keindahan Seluas-seluasnya
Keindahan itu tidak bisa disamakan dengan materi tetapi
keindahan itu adah kepuasan yang muncul dari dalam hati dan sesuatu yang kita
bayangkan karena kita ingin mencapainya, butuh waktu untuk menimbulkan
keindahan dalam diri, disaat ke indahan itu muncul maka tercipatalah kedamaian dalam hati kita yang merasakan keindahan.
Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang
dicampuradukkan saja Disamping itu terdapat pula perbedaan menurnt luasnya
pengertian, yakni :
- Keindahan dalam arti yang luas
- Keindahan dalam arti estetis murni
- Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
- Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan.
Keindahan yang seluas-luasnya meliputi :
- Keindahan alam
- Keindahan seni
- Keindahan moral
- Keindahan intelektual
Keindahan ini lah yang mencakup semua nilai keindahan yang
pada dasarnya mempunyai nilai tersendiri , dengan cara pandang yang berbeda
pada setiap manusia.
Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan
dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu
benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai
pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersipat terlihat (visual)
atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut
keindahan tersebut pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan.
Nilai-nilai Etetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie
menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai
sepertihalnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya.
Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian
keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang
harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia
dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa
pada sesuatu benda sampai terbukti letak benarannya.
Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan
nilai obyektif. Atau ada yang membedakan nilaiperseorangan dan nilai
kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai instrinsik dan
nilai ekstrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai
alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ( instrumental/contributory)yakni
nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat
baikdari benda yang bersangkutan, atusebagai sesuatu tujuan, atau demi
kepentingan benda itu sendiri.
Sebagai contoh :Puisi. Bentuk puisi yang terdiri dari
bahasa, diksi baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan
pesanyang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda ) puisi itu
disebut nilai instrinsik. Tarian damarwulanMinakjonggo merupakan nilai
ekstrinsik, sedang pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan
melawankejahatan merupakan nilai instrinsik.
Perbedaan Nilai Ekstrinsik dan Instrinsik
- Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya uisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
- Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik.
Pengertian Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi
merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna,
manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan,
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan
kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan,
sedangkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati
keindahan. Karena derajat atau tingkat kontemplasi dan ekstansi itu
berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya
seni juga berbeda-beda.
Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk
memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa
terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh
kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan
bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari
keserba sempurnaan kehidupan manusia.
Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam
memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah
hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori.
Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori
psikologik.
a. Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of
human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori
ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika
menciptakan suatu karya seni.
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf
Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General
Linguistic”. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi
dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu
perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian
dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar dan bentuk yang
diungkapkan dalam kata-kata mernindahkan perasaan itu sehingga orang-orang
mengalami perasaan yang sama.
b. Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu
teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk
sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni.
Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation
theory).
c. Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas
taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak
semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif.
Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut
hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan
metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan psikoanalisa dikemukakan teori
bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar
dari seseorang seniman.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan
yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer
(1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk
bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Sebuah teori lagi
yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan
(signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari
perasaan manusia.
Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar
rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai
itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian hams
dipadukan wamanya bagian atas dengan bagian. bawah. Atau disesuaikan dengan
kulitnya. Apabila cars memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan.
Karena itu dalam keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa
keindahan pada dasamya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat
pada sesuatu hal. Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity).
Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa
keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara
pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauti is unity of formal relations among
our sence-perception). Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu
keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan.
a. Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika
menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan
teori subyektif.
Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah
mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menmpakan sesuatu yang
ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang yang
mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua
kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teon subyektif.
Pendukung teon obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard
Bocanquat, sedang pendukung teon subyektif ialah Henry Home, Earlof
Shaffesbury, dan Edmund Burke.
Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri
yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat
pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu
benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang
mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada
pencerapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang
memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam
pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau
menikmati benda itu.
b. Teori Pertimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita
dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut
indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang
bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Empa. Sebagai contoh
bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.
Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno
dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang
diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari
benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Bangsa Yunani
menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagaimana terdapat
dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan
dalam benda-benda bersusun yang indah.
Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi
sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan
dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka
keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.
Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya
dan setiap pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-benda. Para seniman
romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak
adanya keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan
dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun teori umum tentang
keindahan.
Sumber :
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar